Aku membasuh wajahku dengan air tirta, sedangkan kamu membasuh wajahmu dengan air wudhu..
“Om om om bhur bhuvah svah tat savitur varenyam bhargo devasya dhimahi dhiyo yo nah pracodayat”
Ucap seorang wanita yg sedang bersimpuh menghadap padmasana. Dia beribadah dengan khusu.
“Bismillahirahmannirahim. Alhamdulillahirabbil alamin.”
Lembut suara pria itu mengalun, menambah suasana hikmat di masjid kala itu.
“Om Narayana evedam sarvam yad bhutan yac ca bhavyam, niskalanko niranjano nirvikalpo nirakhyatah suddo devo eko narayanah na dvitiyo asti kascit”
Lanjut wanita itu dengan mata tertutup, dia begitu menikmati persekutuannya dengan Tuhan.
“Arrahman nirrahim. Malikiyau middin”
Bibir pria itu masih saja mengamit haru, dia membayangkan bahwa Tuhan sedang menatap wajahnya yang begitu tampan seusai dibasuh oleh air wudhu.
“Om tvam sivas tvam mahadevah isvarah paramesvarah, brahma visnus ca rudras ca purusah parikirtitah. Om papo ham papakarmaham papatma papasambhavah trahi mam pundarikaksah sabahya bhyantarah sucih.”
Perlahan-lahan wanita itu semakin tenggelam dalam suasana damai dan menyejukkan yang membuat tubuhnya seakan-akan dipeluk seseorang, begitu hangat.
“Iyya kana’budu waiyya kanas ta’in. Ikhdinassiratal mustaqim.”
Pria itu mengarahkan hatinya bulat-bulat pada Tuhan. Tuhan semakin tersenyum dengan lebar, menatap umat kecintaanNya semakin mencintaNya dan menyadari keberadaanNya yang nyata.
“Om ksamasva mam mahadevah sarvaprani hitankarah mam moca sarva papebyah palaayasva sadasiva. Om ksantavyah kayiko dosah ksantavyo vaciko mama ksantavyo manaso dosah tat pramadat ksamasva mam. Om Santih Santih Santih Om.”
Hatinya bergetar, bibirnya berhenti berkata-kata, wanita itu merasakan kehadiran Tuhan begitu dekat, wanita itu merasakan Tuhan sedang berada di sampingnya, sedang memeluknya.
“Siratallazi na an’am ta alaihim. Ghairil maghdu bialaihim. Waladdolin, amiin.”
Pria itu menengadahkan kepalanya, hatinya bergetar dengan hebat, kembali dia rasakan kehadiran Tuhan di dekatnya, begitu lekat.
Wanita itu mengasapkan telapak tangannya ke asap dupa yang menyala, hatinya mendesah, “Lindungi kekasihku yang sedang berada di masjid kali ini, Tuhan. Percayalah, dia juga mencintaiMu, dia hanya menyebut namaMu dengan sebutan yang berbeda.”
Seusai itu, ia mengucap surat Al-Ikhlas, hatinya tergetar, doa lirih terdengar dari hatinya, “Tuhan, kekasihku sedang berada di pura. Kau tahu? Dia juga mencintaiMu, sama seperti aku, meskipun tempat ibadahnya berbeda dengan tempat ibadahku.”
Sang wanita melanjutkan ibadahnya, memuji Tuhan dengan hati tulusnya. Sang pria bersujud menyembah, memuja Tuhan dengan hatinya yang seluas samudera. Dalam hati, mereka mengamit resah, “Apa Tuhan melihat kisah kita?”
Created by Dwitasari.
Edited by me.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar